Wednesday, April 20, 2011

Laporan Buku- Berbisnis itu (tidak) mudah....(Arifin Panigoro)

                Beberapa kesempatan yang lalu,saya mengontrak mata kuliah kewirausahaan. Dan kebetulan pada saat itu dosen memberikan  tugas membuat laporan buku tentang pengusaha yang sukses dalam berwirausaha. Cerita punya cerita saya itu tidak terlalu suka membaca buku,tapi dengan tugas tersebut,saya mulai suka membaca buku salah satunya ya buku ini. menarik sekali.hehe..

I.                   Karakteristik buku
Judul                     : Berbisnis Itu (Tidak) Mudah
Penerbit                 : Medco Foundation
Tahun terbit           : 2010
Penulis                   : Arifin Panigoro
Kategori                : Manajemen-Strategi
Tebal                     : ± 190 halaman
Alasan pertama yang membuat saya memilih buku ini adalah adanya selipan kata (tidak) dalam judul, sehingga saya merasa penasaran dan ingin membacanya. Selain itu penyampaian buku ini juga mudah dipahami karena penulis menyajikannya tidak berbelat-belit. Rangkuman perjalanan sukses Arifin Panigoro terbungkus menarik dalam buku ini, yang didalamnya terdapat selipan gambar-gambar ilustrasi yang semakin membuat saya semangat membacanya.
II.                Isi Pokok Buku
Arifin Panigoro lahir di Bandung, 14 Maret 1945. Beliau dilahirkan dari keluarga yang memang sudah memiliki bakat dagang. Baik dari orang tua beliau bahkan kalau dirunut lagi, buyut beliau memulai bisnis dengan berjualan nasi kuning di Pasar Baru Bandung. Kakek beliau menjadi saudagar batik, sehingga beliau masih turunan yang disebut orang-orang Bandung sebagai ”urang pasar”.
Orang tua Aripin Panigoro pada awalnya hanya bekerja sebagai guru, namun akhirnya sesudah perang mereka menjadi pedagang, punya toko di Jalan Braga. Seperti orang-orang china, ayah beliau ingin mengenalkan pada anak-anaknya dunia dagang. Sehingga setelah jam makan siang dan istirahat sebentar dirumah, ayah beliau sering mengajak anak-anaknya ke toko mereka. Disitulah Arifin mulai belajar tentang dunia dagang.
Dulu keluarga mereka berjualan tekstil, namun bisnis itu tidak selamanya langgeng, sehingga bisnis ayahnya pun anjlok, sampai-sampai mereka harus menjual rumah untuk menutup utang. Dari mulai titik itulah Arifin secara otodidak mempelajari makna tanggungjawab dalam berbisnis. Namun di masa mulai membaik, ayah beliau pun kembali melanjutkan bisnisnya.
Di masa awal menjalankan bisnis, tantangan pun kian besar. Disamping modal yang kuat, keahlian yang mumpuni, dan juga kerja keras untuk memenangi tender diperlukan faktor lain. Dulu sebelum mempunyai perusahaan minyak, Arifin bergerak di bidang jasa minyak. Urusan sehari-harinya memang dengan para manajer atau bos di perusahaan minyak. Dari dulu beliau belajar mencari peluang yang tersembunyi, contohnya ketika musim lebaran dulu, dilarang untuk memberikan parsel, namun disitulah peluang muncul.
Dalam buku ini memuat segudang pengalaman yang Arifin dapatkan dari ayahnya yang merupakan seorang pengusaha juga, AP memulai bisnisnya semenjak masih berkuliah teknik elektro ITB. Setelah itu dengan tekad yang kuat dan visi yang besar, maka AP mulai membangun perusahaan bersama kawan-kawannya yang mempunyai visi yang sama dengannya. Setelah 30 tahun lebih mengalami pasang-surut dalam bisnis, akhirnya sekarang beliau sudah menjadi pengusaha besar dengan perusahaannya medco.
Dalam buku ini selain menceritakan pengalamnnya, juga beliau memaparkan nilai-nilai dan etika dalam menjalankan bisnisnya, seperti: Intuisi, kesetaraan, kejujuran, percaya diri, jejaring, tanggungjawab, penanganan SDM, inovasi dan peduli. Semua hal tersebut dikupas habis dalam buku ini.
Disamping sebagai entrepreneur, beliau juga sempat menjadi seorang birokrat pada masa awal era reformasi. Pengalaman ini memberikan pelajaran untuk beliau sehingga dalam buku ini beliau menuangkan beberapa ide-ide besarnya dalam membangun Negara Indonesia ini, dan bahkan sudah ada yang terealisasi seperti terciptanya pengembangan program ketahanan pangan dan energy melalui uji coba berbagai komoditas pangan di merauke, papua melaui Medco  Group-nya.
III.             Model Proses Kewirausahaan
Suatu proses kewirausahaan akan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Model proses kewirausahaan Arifin dipicu oleh faktor sosial yaitu keluarga dan orang tua.
Dibesarkan di keluarga yang notabene bergerak dalam bidang bisnis berdagang, akhirnya beliau menumbuhkan jiwa bisnisnya, beliau mengimplementasikan pengalaman yang didapat dari ayahanda tercinta bersama teman-teman yang mempunyai satu visi dengannya yaitu dengan membangun sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perminyakan.
Dalam menjalankan bisnisnya beliau menerapkan budaya berbisnis dengan etika dan moral bisnis. Beliau pun mengembangkan usahanya tetap dengan menanamkan etika berbisnis yang transparan, jujur, tanggungjawab, peduli dan menjalin hubungan yang baik dengan kawan ataupun lawan. Hal tersebut yang kemudian menjadikan perusahaan yang dirintis Arifin semakin berkembang dan menjadikan beliau sebagai salah satu pengusaha yang sukses di negara kita bahkan di dunia.
IV.              Kesimpulan
Setelah membaca buku tersebut, saya benar-benar terinspirasi akan gaya berwirausaha beliau dimulai dari awal beliau menjalankan usaha sampai sekarang setelah menjadikan perusahaannya besar dan sukses. Beliau sosok seorang yang pantang menyerah dan nekat ketika akan melakukan sesuatu. Tapi dengan sifat beliau seperti itulah yang membawa perusahaannya berkembang sampai tingkat global. Beliau peduli akan sesuatu yang ada disekitarnya, Karena menurut beliau keberhasilan wirausaha dalam menjalankan bisnisnya tidak boleh dicapai dengan mengorbankan kepentingan atau kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan perusahaan hendaknya bisa dirasakan sebagai keberhasilan masyarakat. Dengan kata lain, perusahaan dan masyarakat hendaklah bertumbuh kembang bersama. Dengan demikian, menjalankan bisnis dan menciptakan kemaslahatan bagi masyarakat luas bisa berjalan bersamaan dan para wirausaha dapat menjadikan bisnis sebagai wahana untuk mewujudkan kehidupan lebih bermakna.
Dan satu hal yang dapat saya ambil dari perjalanan bisnis beliau bahwa sikap dasar yang harus dikembangkan para wirausaha adalah memahami benar bahwa dalam predikatnya ini melekat amanah dan tuntutan zaman yang harus dihadapi.